BACA JUGA:Usai Jalani Hukuman, Polda Sumsel Berikan Motivasi Ke Personel
aku mematung/ seperti karang-karang menantang siang dari atas cahaya matahari/ yang kokoh tanpa mengumbar tangisan
maka biar; biarkan saja/ waktu akan mencatat kebeningan jiwa yang pantang/ mengalirkan air mata dalam hujan bulan Juli
sebab keberkahan adalah rezeki, akan tetap menjadi besi/ meski hatiku selembut permadani bagi cintaku sendiri
Jika kita cermati secara mendalam dari bait awal hingga akhir, puisi ini menjelaskan tentang "kekerasan hati" aku lirik.
BACA JUGA:Bukan Cerita Fiksi, Jack Sparrow 'Pirates of Carribean' Adalah Bajak Laut Muslim di Abad ke 16
Meskipun ia begitu cinta kepada kau (lirik), namun harkat dan hakikat harga dirinya sebagai penyair yang tetap kokoh menjaga prinsip kesejatian dirinya sebagai manusia.
Kumpulan puisi di dalam antologi Aku Milik Siapa? ini sangat baik dibaca. Sebab secara keseluruhan dari puisi yang ada, sangat menarik untuk dipahan dan didalami.
Karena secara The Concrete Word isi di dalamnya mengndung kekerasan sikap di dalam menghadapi beragam cobaan yang ditimpakan.
Meski daya cipta penyair sangat kuat membangun isi, namun sebagai manusia biasa, penyair Merawati May adalah manusia biasa yang penuh dengan berbagai kelemahan.
BACA JUGA:Seni Senjang 'Guncang' Penonton Festival WBTb di Sumatera Barat, Begini Keseruannya!
Sesuai dengan ketentuan bahasa Indonesia (Kamus Besar Bahasa Indoensia : KBBI) kata lansekap pada media ini perlu dipelajari.
Sebab sesuai KBBI, tulisan lansekap yang tepat adalah lanskap. Secuil kekeliruan ini perlu menjadi perhatian kita.
Baiklah, selamat membaca antologi Aku Milik Siapa?.
Semoga bentuk tema atau isi puisi secara sense patut kita dalami. Sukses ! (Penulis adalah sastrawan dan jurnalis senior)
BACA JUGA:Hamas, Anak Militan yang Menjadi Penyesalan Terbesar Zionis Israel