Realitas Kesantunan Berbahasa Gen Z Minangkabau di Era Digital, Bikin Mahasiswa Unand Lakukan Hal ini
Nilai norma kehidupan dan aturan dalam berbahasa, terutama dalam penerapan kato nan ampek, dapat tertanam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.--wikipedia
BACA JUGA:Hampir 2 Hari Server Down, Hasil PPDB SD-SMP Palembang Akhirnya Diumumkan
Pesan dari pepatah tersebut adalah bahwa dalam interaksi sosial, kita harus bijaksana dalam berbicara, menyadari bahwa kata-kata kita bisa menyakiti perasaan orang lain.
Saling menghargai adalah kunci untuk diterima dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat.
Kata-kata yang digunakan dalam kato mandata ditujukan untuk teman sebaya, namun tetap harus memperhatikan kehormatan lawan bicara.
Kata ini digunakan untuk menghindari dari perilaku suka menyombongkan diri dan menggunakan nada yang tinggi saat berbicara.
BACA JUGA:Main 6 Game Ini Dapat Saldo DANA Gratis Rp150.000 Tiap Hari, Coba Deh!
Penggunaan kato mandata mengharuskan seseorang untuk berbicara dengan teman sebaya secara akrab, namun tetap memperhatikan intonasi dan kata-kata yang digunakan agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara.
4. Kato Malereang (kata melereng)
Kato Malereang mengacu pada cara seseorang berbicara kepada individu yang cukup dihormati, sering kali dengan menggunakan sindiran atau bahasa kiasan.
Penggunaan Kato Malereang tidak selalu terjadi secara langsung, kadang-kadang disampaikan melalui sindiran atau kiasan.
Dalam konteks Minang, terdapat ungkapan yang menggambarkan penggunaan Kato Malereang:
"Arif dengan kilat kata bayang
Belum berkilat sudah masuk kedalam tubuh
Terkilat air dalam air