ARTIKEL: Konoha di Galeri (Ponsel) Nasional
Artikel berjudul Konoha di Galeri (Ponsel) Nasional ini menyorot pameran lukisan Yos Suprapto yang dibatalkan--Facebook/Teropong Putra Tunggal
Yos memvisualisasikan hal-hal tersebut dalam berbagai simbol dan warna yang menurut kurator tidak relevan dengan tema. Bagi Yos Suprapto, katarsis alam idenya sudah dilakukan dan sudah final. Beliau tidak menginginkan lagi hasil katarsis ini diintervensi pihak manapun.
Sebagai seniman beliau merasa sudah melakukan porsinya dengan baik dan tuntas.
Namun, penolakan kurator membuat pandangan masyarakat umum terpecah dan merasa kurator ada dalam kontrol pihak-pihak yang khawatir dampak visualisasi tersebut.
Dampak Pembatalan Lukisan
BACA JUGA: 5 Negara di Asia Ini Tidak Musim Hujan pada Bulan Desember
BACA JUGA:PB. Arjuna Badminton Palembang Gelar Home Tournament Khusus Atlet Binaan, Berikut Para Juaranya
Dampak utamanya adalah visual lukisan yang hendak dilarang tersebut kini tidak lagi eksklusif.
Seperti yang saya sampaikan di awal, untuk mengunjungi sebuah galeri, biasanya pengunjung sudah tersaring karena galeri adalah ruang dengan tujuan yang spesifik.
Kini lukisan Yos Suprapto yang awalnya ditujukan eksklusif hanya kepada pengunjung galeri, kini malah dinikmati tanpa filter pengunjung.
Tanpa filter ilmu seni, tanpa filter penyuka lukisan, tanpa filter profesi atau pendidikan tertentu, tanpa filter apapun, asal punya kuota internet maka semua bebas mengakses, bebas melihat dan berceloteh tentang makna lukisan dan bebas pula mengekspresikan kesukaan atau ketidaksukaan.
BACA JUGA:Ada Evaluasi Binsat Oleh Danbrigif 8 Garuda Cakti Dalam Latihan di Curup, Untuk Apa?
BACA JUGA:Mohon Maaf! 21 Penyakit Ini Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan Per Desember 2024
Visual 5 lukisan tersebut kini bergulir di antara efek domino viralnya sebuah informasi yang cukup seksi di mata netizen.
Ternyata, Yos Suprapto juga seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, mengekspresikan gejolak emosi dan jiwa memakai kata sakti yang saking umumnya dipakai, membuat pembacanya merasakan relasi kuat akan wacana kebebasan berekspresi dan berpendapat.