ARTIKEL: Konoha di Galeri (Ponsel) Nasional
Artikel berjudul Konoha di Galeri (Ponsel) Nasional ini menyorot pameran lukisan Yos Suprapto yang dibatalkan--Facebook/Teropong Putra Tunggal
Mengunjungi galeri bagi kami adalah untuk mencari pengalaman estetis. Belajar memaknai keindahan dan kehalusan dalam visualisasi karya-karya perupa. Proses pemaknaan juga tidak berlangsung secara instan.
Bahkan pada kunjungan ketiga atau keempat saja belum tentu esensi yang dirasakan itu sama.
Karena galeri adalah tempat yang menyajikan karya dengan tujuan spesifik, umumnya penikmat seni yang datang ke galeri memiliki dasar pemahaman estetika untuk mendapat pengalaman estetis.
Akar kata “Estetika” adalah aisthenasthai, yang artinya adalah “persepsi”.
BACA JUGA:7 Resolusi Tahun Baru untuk Perempuan Tangguh, Bangun Percaya Diri di Tahun 2025
Inilah salah satu tujuan seni yaitu “menciptakan persepsi baru”. Estetika pada dasarnya adalah ilmu untuk memahami wajah-wajah keindahan atau hal-ihwal tentang keindahan.
Secara etimologi, estetika berasal dari kata sifat dalam bahasa Yunani, aisthetikos, yang berkaitan dengan “persepsi”.
Bentuk kata bendanya aesthesis (persepsi indrawi), sementara bentuk kata kerja orang pertama adalah aisthanomai, yakni “saya mempersepsi” (Suryajaya, 2016).
Jika Alexander Baumgarten mendefinisikan estetika sebagai ilmu mengenai persepsi indrawi dan Louis Kattsoff mendefinisikan estetika sebagai pengetahuan mengenai keindahan dalam sebuah karya seni, tidak demikian dengan Stolnitz yang berpendapat bahwa estetika tidak hanya tentang yang indah saja, tetapi juga yang buruk.
BACA JUGA:Update Terkini Volume Lalu Lintas di Jalan Tol Trans Sumatera Selama Libur Nataru 2024/2025
BACA JUGA:Kiper Klub Bundesliga Terang-terangan Ingin Gabung Timnas Indonesia, Pelapis Sepadan Maarten Paes
Sedangkan bagi John Hospers, memahami estetika sebuah karya seni atau objek estetis adalah sebuah perenungan.
Bukan sebuah penghakiman. Namun disertai analisis mengenai konsep yang digunakan dalam perenungan tersebut.
Dengan demikian, kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa karya seni itu belum tentu indah, dan yang indah belum tentu karya seni.