Tetapi yang tertulis adalah Abdurrahman Ibnu Mutibi.
Kedua, tahun selesai penulisan atau penyalinan Alquran secara keseluruhan pada tanggal 12 Muharram tahun 1195 Hijriah.
BACA JUGA:Bikin Turis Mancanegara Terpana, Ini Sejarah Kain Batik Milik Istri AK Gani di Museum Negeri Sumsel
BACA JUGA:Gelar Seminar Kajian Koleksi Hibah, Museum Negeri Sumsel Terima Puluhan Barang Bersejarah
Terdapat kata atau istilah yang harus ditelaah secara mendalam, kata ini berupa rumus yang tersusun dari huruf hijaiyah yaitu ha’, shad, qaf, ghain.
Juga ada kalimat bi al-mitrab bihaza al-‘adad 1195.
Saya kemudian dapat memahaminya melalui pendekatan ilmu falak.
Dalam jadwal hisab jamal terdapat rumus angka dan huruf yaitu ha’ (besar) untuk angka 5, shad untuk angka 90, qaf untuk angka 100, dan ghain untuk angka 1000.
BACA JUGA:Tinjau 2 Museum di Palembang, Pj Gubernur Sumsel Bakal Bentuk Tim, Isinya Ga Sembarangan!
Jadi maksudnya adalah tahun 1195 (seribu seratus sembilan puluh lima) Hijriah.
Sedangkan bi al-mitrab bihaza al-‘adad 1195, maksudnya juga adalah menunjukkan untuk tahun 1195.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa naskah Alquran ini disalin atau ditulis oleh orang yang mumpuni ilmu-ilmu keislamannya, terutama ilmu falak.
Saya menduga penyalinnya, Abdurrahman bin Mutibi ini mengusai ilmu falak dengan sangat baik.
BACA JUGA:Karcis Masuk Resmi Naik, Pengunjung Museum Negeri Sumsel Tetap Membludak