Gajah merupakan salah satu konotasi kemampuan dan kekuatan luar dari manusia yang berdekatan dengan jalinan hubungannya dengan manusia.
Gajah dijadikan “jimat” manusia yang digunakan sebagai dewa perang.
Gambaran seorang prajurit menunggangi gajah dengan genderang perang menyandang nekara dan pedang.
Merupakan gambaran utuh sejak dulu menempatkan gajah ribuan tahun yang lalu telah berada di sisi manusia.
BACA JUGA: 5 Kota dengan Jumlah Tunawisma Tertinggi di Dunia
BACA JUGA:Wah! BNNP Sumsel Datangi RSMH, Ada Masalah Apa?
Gajah-gajah Palembang di dataran tinggi Pasemah tersebut yang tinggal pada wilayah yang sama diberi gambaran dari arca-arca tersebut dengan baik tentang hubungan gajah-manusia.
Manusia yang pada waktu itu memiliki ketergantungan pada alam yang tinggi.
Telah memanfaatkan ekosistem alam, pada lebatnya rimba dan terjalnya gunung, bukit dan rawa yang dihadapinya, terutama dengan gajah, dalam hal pemanfaatan teknologi dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pensejajaran manusia dengan gajah juga tidak terlepas dari adanya berbagai gambaran dalam figur arca manusia-gajah dengan ukuran yang tidak berbeda.
BACA JUGA:Tenaga Honorer Tahun 2025 Punya Gaji Segini, Ini Rinciannya Per Provinsi
BACA JUGA:Buruan Diklaim, 5 Kode Promo Grab Hari Ini 22 Agustus 2024, Ada Diskon Menarik!
Artinya sudah sejak lama adanya keterjalinan relasi secara baik antara gajah-manusia.
Tradisi relasi dalam bentuk domestifikasi manusia dan gajah dalam budaya megalitik Pasemah.
Selanjutnya, terus hadir dalam relasi manusia dan gajah, pada masa Sriwijaya.