"Yang luar biasanya Lawang Borotan ini dalam kondisi asli, belum adanya renovasi sedikitpun sejak didirikan," tambahnya.
BACA JUGA:Innalillahi, 9 Tahun Melawan Stroke, Eden Arifin Pelukis Wajah SMB II Meninggal Dunia
BACA JUGA:BUMN, BUMD dan Swasta Kompak Tanda Tangani Secarik Kertas di Halaman Museum SMB II, Buat Apa Ya?
Lawang Borotan menjadi saksi dari Pahlawan Nasional Provinsi Sumsel SMB II saat keluar dari Keraton Kuto Besak pasca perang Palembang tahun 1821 melawan Belanda.
Senada SMB IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja menceritakan kembali saat SMB II melalui Lawang Borotan meninggalkan Keraton Kuto Besak.
"Ini merupakan tempat terakhir, di mana SMB II meninggalkan Keraton Kuto Besak pada 21 Juli 1821 bersama keturunan, anak dan cucunya," beber SMB IV.
Di saat itulah SMB II diasingkan ke Ternate dengan berlabuh ke Batavia yang kemudian menuju Ternate.
BACA JUGA:Hadir di Pelataran Museum SMB II, Drama Musikal Legenda Pulau Cinta Hipnotis Ratusan Penonton
BACA JUGA:Jadi Koleksi Kuno Kesultanan Palembang Darussalam, Ternyata Ini History di Balik Jubah Milik SMB II
"Beliau sendiri wafat di usia 80 tahun atau pada 1852 dan dimakamkan di Ternate, kemudian dari amanat yang disampaikan beliau maka anak hingga cucu kembali ke Palembang," ungkapnya.
Tapi setelah di Palembang, mereka dikejar oleh Belanda sehingga lari ke Singapura, kemudian keluarga Sultan tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
Seperti ada di Banyuwangi, Manado, Bangka, Makassar, Surabaya.
"Maka, sebagai pintu terakhir yang dilalui SMB II, maka Lawang Borotan sudah sepantasnya menjadi destinasi wisata yang selalu dikenang," pungkasnya.