BACA JUGA:Panti Pijat dan Tempat Hiburan Malam di Baturaja Dilarang Keras Beroperasi Selama Ramadan
Dengan kata lain kesalehan ritual-individual harus seiring sejalan dengan kesalehan sosial.
Dalam suatu Riwayat hadits Rasulullah, seorang sahabat Rasulullah pernah melaporkan bahwa ada orang sedemikian tekun beribadah, sehari-hari pekerjaanya di masjid tanpa henti.
Nabi kemudian menanyakan siapa yang memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pertanyan itu dijawab tidak ada.
Ternyata seseorang yang berlrbih-lebihan dalam kegiatan ritual itu, oleh nabi sendiri, dianggap keliru.
BACA JUGA:Tradisi Sambur Ramadan Masyarakat Betawi Jakarta yang Nyaris Punah Tertelan Zaman
BACA JUGA:Puasa Telah Tiba, Kegiatan Baksos Ini Digelar Polres Muara Enim di Bulan Suci Ramadan
Dijelaskan siapapun harus hidup sebagaimana lazomnya, yakni mencari rejeki, mengembangkan ilmu pengetahuan, memenuhi hak keluarganya, dan seterusnya.
Artinya kesalehan ritual harus disempurnakan dengan kesalehan sosial. Yang perlu diperhatikan adanya kecendrungan Sebagian pesar orang lebih cendrung menampilkan formalitas ibadanyanya untuk menunjukkan jati dirinya dalam beragama.
Meraka melakukan ketaatan beribadah kepada Allah dengen mengerahkan seluruh kemampuan dalam melaksankan ajaran agama.
Wujud kesalehan social tercermin dari perilaku rajin sholat ke masjid, rutin tilawah harus tetap juga rajin sedekah, peduli dengan yang lemah, rajin berdo’a memohon pertolongan Allah, aktif juga menolong orang laian.
BACA JUGA:Palembang Ramadan Bertasbih Digelar, Kadisdik Tekankan Nilai Religi dan Kebersamaan
Aakhirnya “sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang laian”(HR. ahmad). Semoga ibadah puasa kita menjadikan kita memiliki kesalehan individual dan sosial.