Di masa lampau, masyarakat suku lintang Kabupaten Empat Lawang menganut kepercayaan animisme dengan percaya kepada kekuatan leluhur (roh puyang) dan dianggap menjadi sebagai pelindung anak cucu walaupun sudah meninggal dunia.
BACA JUGA:2024 Wajib Coba Rute Jarak Jauh! Penerbangan Jakarta – Ternate Non-Stop
BACA JUGA:Bau Peapi Makanan Legendaris Khas Mandar Sulawesi Barat, Begini Cara Membuatnya!
Pada saat diselenggarakannya sedekah serabi ini maka pemilik hajat akan melakukan membakar kemenyan sebagai salah satu media komunikasi dengan puyang mereka.
Masyarakat di sana percaya dengan membayar nazar adalah suatu kewajiban, jika tidak dilaksanakan maka akan menjadi kekhawatiran seperti kualat atau keparat.
Hingga saat ini diketahui masyarakat Empat Lawang masih tetap melaksanakan tradisi sedekah serabi ini walaupun tidak semuanya.
Setelah masyarakat Empat Lawang tersebut berangsur-angsur menganut agama Islam, sedekah serabi tetap dilaksanakan.
BACA JUGA:Resep Tempe Kemul, Makanan Legendaris Khas Wonosobo yang Bisa Kamu Buat di Rumah!
BACA JUGA:Makanan Legendaris Gorontalo, Binte Biluhuta Telah Ada Sejak Abad ke-13, Begini Cara Membuatnya!
Akan tetapi yang membedakan dengan masa lampau koma permohonan yang diajukan untuk mengabulkan doa-doa tidak lagi kepada puyang tapi diganti dengan Allah SWT.
Biasanya sedekah serabi ini dilaksanakan pada saat malam Jumat setelah salat magrib ataupun salat isya.
Nah mengapa memilih malam Jumat? Hal itu dikarenakan masyarakat percaya malam Jumat merupakan waktu kembalinya para roh kuyang ke rumah untuk menjenguk anak cucunya.
Akan tetapi,menurut kepercayaan Islam malam jumat adalah waktu yang baik dalam bermunajat untuk berdoa serta bersyukur.
BACA JUGA:Bau Peapi Makanan Legendaris Khas Mandar Sulawesi Barat, Begini Cara Membuatnya!
Maka dari itu, sedekah serabi ini ketika sebelum ataupun setelah masa Islam masih tetap dilaksanakan pada saat malam Jumat.