Beliau mengatakan, termasuk di antara perkara yang diada-adakan, yang diadakan oleh sebagian manusia adalah pesta di malam Nishfu Sya’ban, dan mengkhususkan harinya untuk berpuasa.
Beliau menambahkan bahwa yang demikian tidak ada dalil untuk dijadikan sandaran, dan telah datang hadits-hadits dhaif yang berkaitan dengan keutamaannya, bahkan tidak boleh dijadikan pegangan.
Senada dengan ucapan Syaikh Utsaimin rahimahullah bahwa yang benar, berpuasa pada malam Nishfu Sya’ban atau mengkhususkan malam tersebut untuk membaca Alquran atau mengkhususkan malam tersebut untuk zikir, ini tidak ada dasarnya.
Maka kata Syaikh Utsaimin, pertengahan Sya’ban sama halnya dengan pertengahan-pertengahan lainnya.
Kalau melakukan salat malam pada malam Nishfu Syaban karena sudah terbiasa melakukan salat malam, maka ini boleh.
Jika seseorang sudah terbiasa salat malam, lalu pada malam Nishfu Sya’ban tidak melakukan salat malam, ini tidak benar.
Lalu Ustadz Abdullah Roy mengutip perkataan Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin ketika ditanya tentang melakukan salat malam pada malam Nishfu Sya’ban.
Syaikh Utsaimin menuturkan, melakukan salat malam atau qiyamul lail pada malam tersebut ada 3 tingkatan yakni:
Tingkatan pertama, seseorang sudah memiliki kebiasaan untuk melakukan salat malam.
BACA JUGA:Taat Ulama Boleh Asal Tau Batasan! Maksudnya Gimana? Simak Penjelasan Ustaz Abdullah Roy di Sini
BACA JUGA:Inilah 4 Ketentuan Takut kepada Allah Sesuai Syariat, Simak Penjelasan Ustaz Abdullah Roy di Sini!
Syaikh Utsaimin mempersilahkan dia melakukan salat pada malam nisfu Sya’ban tersebut, melakukan apa yang biasa dia kerjakan tanpa mengkhususkan tambahan tertentu.