Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan upaya yang berkesinambungan dalam investasi infrastruktur digital dan standarisasi praktik pengelolaan data.
Data koleksi museum didapatkan dari hasil kegiatan kajian koleksi yang bersumber dari survei kajian koleksi, penelitian, pengkajian, para narasumber dari: sejarawan, budayawan, akademisi, dan masyarakat.
Museum Negeri Sumatera Selatan di dalam era digital teknologi yang semakin maju akan mengambil peluang dalam penggunaan teknologi.
BACA JUGA:Karcis Masuk Resmi Naik, Pengunjung Museum Negeri Sumsel Tetap Membludak
Hal ini kata Amarullah, untuk mempermudah dalam pemberian informasi data kepada pengunjung.
Melihat peluang yang ada, maka Amarullah mengaku berinisiatif membuat aksi perubahan berupa teknologi berbasis digital melalui WebGIS (Geographic Information System).
Dia menjelaskan, sistem informasi geografis (GIS) adalah sistem yang membuat, mengelola, menganalisis, dan memetakan semua jenis data.
GIS menghubungkan data ke peta, mengintegrasikan data lokasi (di mana segala sesuatunya berada) dengan semua jenis informasi deskriptif (seperti apa keadaan di sana).
BACA JUGA:Museum Negeri Sumsel Ajak 9 Narasumber Bukukan Ribuan Koleksi Hibah
BACA JUGA:Gandeng 7 Pakar, Museum Negeri Sumsel Sempurnakan Kajian Koleksi 2024 Ketiga Tentang Megalitik
Sehingga aplikasi GIS atau pemetaan digital dengan memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi.
WebGIS berfungsi untuk mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, dan menyediakan informasi dalam bentuk teks dan peta digital.
“Serta menjalankan berbagai fungsi analisis,” imbuh Amarullah.
Tolak ukur keberhasilan museum dapat dilihat dari semakin ramainya kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara.
BACA JUGA:Libatkan 7 Tokoh! Museum Negeri Sumsel Segera Tulis Buku Biografi Kiai H Delamat