ARTIKEL KURMA: Idul Fitri dan Konsumerisme

Meski konsumerisme sulit dihindari, Idul Fitri harus tetap menjadi momen suci untuk meningkatkan kualitas spiritualitas--Sumber Foto: Freepik
Artikel berjudul Idul Fitri dan Konsumerisme ditulis oleh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang, Hijriyana Safithri, S.H., M.H
Setelah satu bulan penuh umat muslim menjalankan ibadah puasa, hari raya Idul Fitri, merupakan hari kemenangan bagi umat Muslim, Idul Fitri memiliki makna yang sangat dalam.
Idul Fitri atau yang sering kita sebut Lebaran dirayakan dengan penuh kegembiraan, dimana menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga, berbagi kebahagiaan, dan juga dapat mempererat tali silaturahmi.
Namun, ada fenomena yang mengkhawatirkan terkait dengan perayaan Idul Fitri, yaitu munculnya tren konsumerisme yang semakin dominan. Idul Fitri merupakan waktu untuk berdoa, introspeksi, dan bersyukur atas segala rahmat yang diberikan Allah SWT selama bulan Ramadhan.
BACA JUGA:ARTIKEL KURMA: Dilema Ibu Hamil dan Menyusui: Qadha atau Fidyah?
BACA JUGA:ARTIKEL KURMA: Qadha dan Fidyah Dalam Bulan Ramadan
Selain itu, saat Idul Fitri kita juga mempuyai kesempatan untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan antar sesama.
Dalam ajaran Islam, Idul Fitri adalah hari di mana umat Muslim dianjurkan untuk memberikan zakat fitrah kepada yang membutuhkan, sebagai bentuk dari kepedulian sosial terhadap sesama dan juga pengingat bahwa kebahagiaan sejati terletak pada saling berbagi.
Namun, lambat laun, momen ini hanya menjadi lebih dari sekedar ibadah dan kebersamaan keluarga saja. Karena aktivitas yang terkait dengan konsumsi seperti membeli pakaian baru, makanan mewah, dan berbagai barang lainnya semakin mendominasi pada perayaan Idul Fitri ini.
Kondisi seperti ini dapat menciptkan dua sisi dalam kehidupan bermasyarakat, di satu sisi, konsumerisme yang terjadi menjelang dan selama Idul Fitri dapat menciptakan dampak ekonomi yang signifikan.
BACA JUGA:ARTIKEL KURMA: Lailatul Qadar, Meraih Keberkahan di Malam 1000 Bulan
BACA JUGA:ARTIKEL KURMA: Ramadan Sebagai Waktu Untuk Refleksi dan Komunikasi Keluarga
Dengan adanya konsumerisme bisnis retail, pasar tradisional, dan e-commerce mencatatkan lonjakan penjualan yang tinggi. Dimana produk seperti pakaian baru, perhiasan, makanan khas lebaran, hingga perabotan rumah tangga baru menjadi barang yang dicari banyak orang.
Bagi sebagian besar masyarakat, membeli barang-barang ini sudah menjadi tradisi yang sulit dilepaskan. Namun, di sisi lain, konsumerisme ini membawa dampak negatif bagi masyarakat, baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun spiritual.