https://palpres.bacakoran.co/

Spirit Ramadan Papua Pegunungan dengan Tradisi, Persamaan, Persaudaraan dan Toleransi

Tradisi bakar batu masih dilaksanakan umat muslim untuk menyambut Ramadan di Kampung Walesi, Wamena, Papua Pegunungan-GPriority-

PALEMBANG, KORANPALPRES.COM - Papua Pegunungan adalah wilayah dengan keberagaman budaya yang kaya dan nilai-nilai sosial yang kuat. Dalam upaya membangun daerah ini, penting untuk menggali spirit kebersamaan Ramadan dengan tradisi, persamaan, persaudaraan dan toleransi yang dapat menjadi fondasi bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi. Salah satu momen refleksi kebersamaan yang relevan adalah bulan suci Ramadan.

Ada tradisi di kalangan masyarakat Papua, khususnya di Papua Pegunungan yakni tradisi bakar batu. Disebut tradisi bakar batu, karena memang benar batu-batu yang dibakar hingga panas, kemudian ditumpuk di atas makanan yang akan dimasak. 

Umumnya orang Papua termasuk Papua Pegunungan memasak babi di atas tumpukan batu yang terbakar, tetapi muslim setempat menggantinya dengan sapi, ayam, atau kambing. Tentunya hal ini menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi sesama umat beragama. 

Tradisi itu tetap dilaksanakan oleh masyarakat Papua Pegunungan sekalipun ada perbedaan agama. Contohnya komunitas muslim di Wamena. Wamena adalah ibu kota kabupaten Jayawijaya. Wamena juga merupakan sebuah distrik di Kabupaten Jayawijaya, provinsi Papua Pegunungan. Penduduk Wamena memiliki sejumlah kelompok etnis, yang paling dominan adalah suku Dani, Lani dan Yali.

BACA JUGA:Ramadan di Tanah Papua: Merawat Tradisi Menjaga Harmonisasi

BACA JUGA:Ramadan di Papua Tengah Tradisinya Belum Banyak Tercatat

Muslim Wamena yang ada karena luasnya wilayah di Wamena, hanya wilayah Walesi yang masyarakatnya memeluk agama Islam. 

Tradisi bakar batu di Wamena di kalangan warga setempat dikenal dengan sebutan kit oba isago. 

Sampai sekarang, tradisi bakar batu masih terus dilakukan bukan hanya saat bulan suci Ramadan, juga ketika menyambut pemimpin daerah dan para pemangku kepentingan. 

Tujuannya untuk bersilahturahmi dan membina lingkungan masyarakat dengan tetap menjaga kearifan lokal dan tradisi yang perlu dilestarikan.

BACA JUGA:Ramadan Meriah di Papua Barat: Ada Tradisi Damar Malam di Fakfak pada Malam Ganjil Akhir Ramadan

BACA JUGA:Tradisi Dendang Sahur dan Lainnya Membuat Suasana Ramadan di Papua Barat Daya Meriah

Meskipun Islam menjadi minoritas di sini, dalam spirit Ramadan, sebagai bagian dari komitmen membangun Papua Pegunungan yang lebih inklusif dan berkeadilan, Analisis Papua Strategis (APS) Papua Pegunungan menyelenggarakan Talk Show Festival Ramadan dengan Tema: Membangun Papua Pegunungan dengan Spirit Ramadan, Persamaan,Persaudaraan dan Toleransi Dengan tidak mengabaikan tradisi yang ada.

Berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, pemuda, akademisi, dan pemimpin daerah,bertemu dalam acara ini dalam diskusi produktif guna mencari solusi terbaik bagi pembangunan yang berorientasi pada nilai-nilai sosial, budaya, dan spiritual.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan