Benarkah Puasa Setelah Nisfu Sya’ban Dilarang? Begini Penjelasan Ustaz Abdullah Roy

Jumat 16 Feb 2024 - 14:00 WIB
Reporter : M Iqbal
Editor : M Iqbal

BACA JUGA:Jangan Lampaui Batas! Memuji Orang Saleh Berlebihan Bisa Membuka Pintu Kesyirikan, Ini Kata Ustaz Abdullah Roy

Pertama, disebutkan oleh Ibnu Rajab rahimahullah, bahwasanya puasa di bulan Sya’ban seakan-akan dia adalah latihan menghadapi puasa di bulan Ramadan.

Hal ini supaya ketika seseorang memasuki bulan Ramadan dia sudah terbiasa, mengamalkan puasa yang wajib dia sudah terbiasa tidak kaget lagi.

Kedua, bahwasanya puasa Sya’ban seperti muqaddimah atau amalan yang dilakukan sebelum amalan yang wajib dan diumpamakan oleh sebagian dia adalah seperti rawatib qabliyyah, sebagaimana dalam salat ada rawatib qabliyyah ada rawatib ba’diyyah untuk menyempurnakan amalan yang wajib.

Demikian pula puasa yang wajib (Ramadan) di sana ada qabliyyah dan ba’diyyah.

BACA JUGA:Apa Perbedaan Syafa’at di Dunia dan Akhirat? Temukan Jawabannya dalam Penjelasan Ustaz Abdullah Roy

BACA JUGA:Jangan Lakukan! Ternyata Berdoa Selain kepada Allah Itu Syirik Besar, Ini Penjelasan Ustaz Abdullah Roy

Qabliyyahnya adalah perumpamaan saja maksudnya puasa di bulan Sya’ban, seakan-akan dia qabliyahnya, dan ba’diyyahnya adalah 6 hari di bulan Syawal.

Oleh karena itu sebagian mengatakan bahwasanya berpuasa di bulan Sya’ban lebih besar pahalanya daripada berpuasa di bulan Rajab.

Sifatnya adalah dikuatkan sebagaimana rawatib qabliyyah dan ba’diyyah ini lebih utama dan lebih besar pahalanya daripada salat-salat mutlaq yang lain.

Oleh karena itu, dengan mendengar dan membaca hadits-hadits tadi, maka hendaklah kita berusaha untuk menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam ini, yaitu dengan memperbanyak melakukan puasa di bulan Sya’ban.

BACA JUGA:Jangan Sampai Salah Arti, Kenali Ruqyah dengan Baik Agar Tak Jatuh kepada Syirik, Ini Kata Ustaz Abdullah Roy

BACA JUGA:Hati-Hati Bernazar! Jangan Sampai Melenceng dari Allah, Ini Penjelasan Lengkap Ustaz Abdullah Roy

Ini adalah puasa yang أياما معدودة – ayyamu ma’dudat atau hari-hari yang bisa dihitung (tidak banyak) supaya diangkat amalan kita dan kita dalam keadaan berpuasa, dengan harapan Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amalan yang kita lakukan.

Dan diterimanya amalan seseorang adalah kebahagiaan yang besar bagi seorang hamba, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah tidak menerima amalan kecuali dari orang yang bertaqwa.

Sebagaimana dalam Alquran Surat Al-Maidah ayat: 27, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa.” 

Kategori :